Paskibra adalah pasukan pengibar bendera. Orang pertama
yang mengerek atau mengibarkan bendera (Pusaka) adalah Bapak Latief Hadiningrat
dan Suhud pada detik-detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Dalam Memperingati HUT RI 1946, Bapak H. Muntahar (Ajudan Kepresidenan),
merujuk lima orang wakil daerah yang tinggal di Yogyakarta, salah satunya
Titiek Dewi, Siswa SLTA Sumbar. Bapak H. Muntahar merujuk lima
orang wakil daerah maksudnya disamakan dengan lima
sila dalam Pancasila. Dilanjutkan Pada HUT RI tahun 1947-1948 dengan jumlah
pengibar tetap lima orang dari wakil-wakil
daerah yang tinggal di Yogyakarta. Pada 1950-1966
pengibaran bendera diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.
Dirjen Udaka (Direktorat Jenderal Urusan
Pemuda dan Pramuka) mengadakan latihan Pandu Ber-Pancasila yang erat kaitannya
dengan Paskibraka kelak. Saat itu latihan tersebut sempat diuji-cobakan dua
kali yaitu pada 1966-1967 yang anggotanya terdiri dari para Pramuka Penegak
dari Gudep di DKI Jakarta.
Pada 1967, dengan mengembangkan amanat dari
Presiden Soeharto, Bapak H. Muntahar mengembangkan Formasi pengibaran menjadi
tiga, yaitu:
- Formasi 17 = Kelompok 17 => Pengiring
- Formasi 8 = Kelompok 8 => Pengibar atau Pembawa
- Formasi 45 = Kelompok 45 => Pengawal
Formasi
itu melambangkan simbol dari tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan Indonesia,
yaitu 17 Agustus 1945.
Pada 17 Agustus 1968, Petugas Pengibar
Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan daerah atau provinsi, tetapi karena
saat itu belum semua daerah atau provinsi dapat ,mengirim wakilnya, maka
pengibaran ditambah oleh "X" (Anggota Tahun 1967). Pada tahun 1969,
secara resmi anggota Paskibraka adalah dari 26 Provinsi yang tiap Provinsinya
diwakili sepasang remaja putra dan putri.
dari 1967-1972 anggota yang terlibat masih
dinamakan sebagai "Anggota 'Pengerek' Bendera". Baru pada 1973, Bapak
Idik Sulaiman (Pelopor Paskibraka) mengubah nama tersebut "PASUKAN
PENGIBAR BENDERA PUSAKA" atau "PASKIBRAKA".
Moto Paskibra
Disiplin adalah nafasku
Paskibra tidak takut kalah
Paskibra tidak takut salah
Paskibra tidak takut jatuh
Paskibra tidak takut mati
Takut mati jangan hidup
Takut hidup mati sekalian
Kalau ada 1000 kami adalah 1
Kalau ada 100 kami tetap 1
Kalau ada 10 kami yakin tetap 1
Kalu ada 1 ya itulah kami Paskibra
Lambang Paskibra
BUNGA TERATAI
Teratai adalah tanaman yang dapat tumbuh di dua tempat, yaitu darat dan air. Maksudnya bahwa anggota Paskibraka itu harus siap dalam melaksanakan tugas dimansaja.
MATA RANTAI
Terdiri dari lingkaran dan belah ketupat yang berarti persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan. Belah ketupat bermakna anggota Paskibraka putra yang berjumlah 16 dan lingkaran bermakna anggota Paskibraka putri yang berjumlah 16 juga, serta membentuk lingkaran yang menandakan arah mata angin. Maksudnya adalah bahwa anggota Paskibraka yang terdiri dari putra dan putri yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan saling bersatu.
BAGIAN BUNGA TERATAI
3 (tiga) buah kelopak bunga yang menjulang keatas dari kiri ke kanan, bermakna anggota Paskibraka itu disiplin, aktif dan gembira.
3 (tiga) buah kelopak bunga yang mendatar dari kiri kekanan, bermakna anggota Paskibraka itu belajar berbakti dan bekerja.
Tangkai bunga bermakna bahwa anggota Paskibraka itu muncul dari ketidaktahuan menjadi tahu.
Warna hijau melambangkan perintis pemuda.
Teratai adalah tanaman yang dapat tumbuh di dua tempat, yaitu darat dan air. Maksudnya bahwa anggota Paskibraka itu harus siap dalam melaksanakan tugas dimansaja.
MATA RANTAI
Terdiri dari lingkaran dan belah ketupat yang berarti persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan. Belah ketupat bermakna anggota Paskibraka putra yang berjumlah 16 dan lingkaran bermakna anggota Paskibraka putri yang berjumlah 16 juga, serta membentuk lingkaran yang menandakan arah mata angin. Maksudnya adalah bahwa anggota Paskibraka yang terdiri dari putra dan putri yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan saling bersatu.
BAGIAN BUNGA TERATAI
3 (tiga) buah kelopak bunga yang menjulang keatas dari kiri ke kanan, bermakna anggota Paskibraka itu disiplin, aktif dan gembira.
3 (tiga) buah kelopak bunga yang mendatar dari kiri kekanan, bermakna anggota Paskibraka itu belajar berbakti dan bekerja.
Tangkai bunga bermakna bahwa anggota Paskibraka itu muncul dari ketidaktahuan menjadi tahu.
Warna hijau melambangkan perintis pemuda.
VISI DAN MISI PASKIBRA
VISI
“Memberikan pengetahuan tentang unsur dasar PBB dan memberikan pengarahan kepada setiap anggota Paskibra untuk berdisiplin”
MISI
1.Membentuk pribadi yang disiplin
2.Mempererat tali persaudaraan antar anggota Paskibra
3.Membekali pengetahuan tentang PBB kepada setiap anggota Paskibra.
4.Membentuk mental yang kuat.
“Memberikan pengetahuan tentang unsur dasar PBB dan memberikan pengarahan kepada setiap anggota Paskibra untuk berdisiplin”
MISI
1.Membentuk pribadi yang disiplin
2.Mempererat tali persaudaraan antar anggota Paskibra
3.Membekali pengetahuan tentang PBB kepada setiap anggota Paskibra.
4.Membentuk mental yang kuat.
BENDERA PUSAKA
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan
pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, jam 10.00 pagi, di Jln. Pegangsaan Timur
No. 56, Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan Indonesia, untuk pertama kali
secara resmi, bendera kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua orang
muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera ini dijahit
tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Bendera inilah yang kemudian disebut
"Bendera Pusaka". Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di tengah
hujan tembakan, sampai Ibukota Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta.
Pada tanggal 4 Januari 1946, aksi teror
yang dilakukan Belanda semakin meningkat maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan
kereta api. Bendera Pusaka dibawa
ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno.
Selanjutnya, Ibukota Republik Indonesia dipindakan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember
1948, Belanda melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat Istana Presiden,
Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil
oieh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka.
Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah
untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia.
Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu. Agar dapat diselamatkan, Bapak Husein
Mutahar terpaksa harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Pada saat penyelamatan
Bendera Pusaka, terjadi percakapan antara Presiden Soekarno dan Bapak Husein
Mutahar. Percakapan tersebut dapat dilihat dalam buku "Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat" karangan Cindy Adams. Berikut petikannya:
`Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden
Soekarno, pen.). "Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak
tahu", kataku ringkas. "Dengan ini, aku memberikan tugas kepadamu
pribadi.
Dengan ini, memberikan
tugas kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu, ini tidak boleh
jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau
mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada
orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam
menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan
dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau
mengerjakannya." Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Di
sekeliling kami, born berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui
setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh be rat. Akhirnya, is
memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua
belahan bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata, benang jahitan
di antara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati
berhasil dipisahkan. Setelah bendera menjadi dua, masing-masing bagiannya
itu, merah dan putih, dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Husein
Mutahar, Selanjutnya pada kedua tas tersebut, dimasukkan seluruh pakaian dan
kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka dipisah menjadi dua karena Bapak Mutahar
berpikir bahwa apabila Bendera Pusaka merah putih dipisahkan, tidak dapat
disebut Bendera, karena hanya berupa dua carikkain merah dan putih. Hal ini
untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad
Hatta ditangkap dan diasingkan, kemudian Bapak Husein Mutahar dan beberapa
staf kepresidenan ditangkap dan diangkut dengan pesawat dakota. Ternyata,
mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat menjadi tahanan
kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut
menuju Jakarta.
Di Jakarta, beliau menginap di rumah Sutan Syahrir
Selanjutnya, beliau kost di Jln. Pegangsaan Timur No. 43, di rumah Bapak R.
Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). Selama di Jakarta, Bapak Husein
Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agar dapat segera
menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948, pada pagi hari, Bapak
Husein Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang tinggal di
Oranye Boulevard (sekarang J1n. Diponegoro) Jakarta. Isi pemberitahuan itu
adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepada
Bapak Husein Mutahar. Pada sore harinya, surat itu diambil oleh beliau dan
ternyata memang benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang pokok
isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Husein Mutahar supaya
menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Soedjono agar Bendera
Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di
Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Husen. Mutahar
datang ke Bangka untuk menyerahkan sendiri Bendera Pusaka itu langsung kepada
Presiden Soekarno tetapi menggunakan Bapak Soedjono sebagai perantara.
Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan perjalanan Bendera Pusaka dari
Jakarta ke Bangka. Alasannya, orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta
yang diperbolehkan mengunjungi tempat pengasingan Presiden Soekarno pada
waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain,
Bapak Soedjono, sedangkan Bapak Husein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi
Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Soedjono,
dengan meminjam mesin jahit milik seorang Isteri Dokter, Bendera Pusaka yang
terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak Husein Mutahar persis di
lubang bekas jahitan aslinya. Akan tetapi, sekitar 2 cm dari ujung bendera
ada sedikit kesalahan jahit. Selanjutnva, Bendera Pusaka ini dibungkus dengan
kertas koran dan diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada
Presiden Soekarno. Hal ini sesuai dengan perjanjian Presiden Soekarno dengan
Bapak Mutahar seperti dijelaskan di atas. Dengan diserahkannya Bendera Pusaka
kepada orang yang diperintahkan Bung Karno, selesailah tugas penyelamatan
Bendera Pusaka oleh Bapak Husein Mutahar. Setelah berhasil menyelamatkan
Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah pengibaran Bendera
Pusaka. Sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang
dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah
menganugerah-kan Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan sendiri
oleh Presiden Soekarno.
PENGIBARAN BENDERA MERAH
PUTIH DI GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-2 Kemerdekaan
Republik Indonesia, Presiden Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau,
yaitu Mayor (L) Husein Mutahar. Selanjutnya, Presiden Soekarno memberi tugas
kepada Mayor (L) Husein Mutahar untuk mempersiapkan dan memimpin upacara
peringatan Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus
1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Bapak Husein Mutahar berpikir bahwa untuk menumbuhkan rasa
persatuan bangsa, pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para
pemuda se-Indonesia. Kemudian, beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri
atas 3 orang putri dan 2 orang putra perwakilan daerah yang berada di
Yogyakarta untuk melaksanakan tugas. Lima orang tersebut merupakan simbol
dari Pancasila. Salah seorang dari pengibar bendera tersebut adalah Titik
Dewi pelajar SMA yang berasal dari Sumatera Barat dan tinggal di Yogyakarta.
Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi
pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17
Agustus 1947 dan tangga 17 Agustus 1948 dengan petugas pengibar bendera tetap
orang dari perwakilan daerah lain yang ada di Yogyakarta.
Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Mohammad Hatta beserta beberapa pemimpin Republik Indonesia lainnya,
tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka dengan membawa serta Bendera Pusaka.
Pada tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan pada upacara
peringatan detik-detik Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di depan
Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Tanggal 27 Desember 1949, dilakukan
penandatanganan. naskah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda dan penyerahan
kekuasaan di Jakarta. Sementara itu Di Yogyakarta, dilakukan penyerahan
kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Tanggal
28 Desember 1949, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk memangku jabatan
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat.
Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi
Ibukota Republik Indonesia. Pada hari itu, Bendera Pusaka Sang Merah Putih
dibawa ke Jakarta. Untuk pertama kali, peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950, diselenggarakan di Istana
Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Sang Merah Putih berkibar dengan megahnya di
tiang 17 m dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa
Indonesia. Regu-regupengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh
Rumah Tangga Kepresidenan.
BERDIRINYA DIREKTORAT
JENDERAL URUSAN PEMUDA DAN PRAMUKA (DITJEN UDAKA) DAN LATIHAN PANDU INDONESIA
BERPANCASILA
Pada saat memperingati ulang tahun ke-49, tanggal 5
Agustus 1966, Bapak Husein Mutahar menerima "kado" dari pemerintah:
beliau diangkat menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah berpindah-pindah tempat/kantor
kerja dari Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno) ke bekas Gedung Dep.
PTIP di Jalan Pegangsaan Barat. Ditjen UDAKA akhirnya menempati gedung bekas
NAKERTRANS Jalan Merdeka Timur No.14. Suatu kegiatan yang diadakan Ditjen
UDAKA ada kaitannya dengan Paskibraka kelak adalah Latihan Pandu Indonesia
ber-Pancasila. Latihan ini sempat diujicobakan 2 kali pada tahun 1966 dan
tahun 1967, kemudian dimasukkan kurikulum ujicoba Pasukan Pengerek Bendera
Pusaka tahun 1967 yang anggotanya terdiri atas para Pramuka Penegak dan Gugus
depan-Gugus depan di DKI Jakarta.
PERCOBAAN PEMBENTUKAN
PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA TAHUN 1967 DAN PASUKAN PERTAMA TAHUN 1968
Tahun 1967, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden
Soeharto untuk menangani lagi masalah pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide
dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan
lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok 17-
PENGIRING/PEMANDU
2. Kelompok 8 -
PEMBAWA/INT1
3. Kelompok 45-
PENGAWAL
Ini merupakan simbol/gambaran dari tanggal Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia: 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu,
dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada
di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/ Pramuka untuk melaksanakan tugas
pengibaran Bendera Pusaka. Semula, rencana beliau untukkelompokpengawal 45
akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (generasi muda ABRI •sekarang TNI),
tetapi libur perkuliahan dan transportasi Magelang - Jakarta menjadi kendala,
sehingga sulit dilaksanakan. Usul lain untuk menggunakan anggota Pasukan
Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR. dan BRIMOB) juga tidak mudah.
Akhirnya, kelompok pengawal 45 diambil dari Pasukan Pengawal Presiden
(PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di istana,
Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera
Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Akan tetapi, propinsi - propinsi
belum seluruhnya mengirimkan utusan, sehingga masih harus ditambah oleh
mantan anggota pasukan tahun 1967. Tahun 1969 karena Bendera Pusaka
kondisinya sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan,
dibuatlah duplikat Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan di tiang 17 m Istana
Merdeka, telah tersedia bendera merah putih dan bahan bendera (wol) yang
dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain putih
kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih Duplikat Bendera Pusaka yang akan
dibagikan ke daerah terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia,
yang warna merah dan putih langsung ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan
dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia. Pembuatan
Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil
Bandung dibantu PT Ratna di Ciawi Bogor. Dalam praktik pembuatan Duplikat
Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat yang ditentukan Bapak Husein
Mutahar karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah bendera yang
standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin memerlukan waktu yang
lama.
Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta,
berlangsung upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan
Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presidcn Soeharto kepada Gubernur seluruh
Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar di seluruh Ibukota Propinsi dapat
dikibarkan Duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan naskah Proklamasi
bersamaan dengan upacara peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus di Istana
Merdeka Jakarta. Selanjutnya, Duplikat Bendera Pusaka dan Reproduksi Naskah
Proklamasi juga diserahkan kepada Kabupaten-Kota dan perwakilan-perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai
dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun
Proklamasi Kemerdekaan Republik indonesia, tanggal 17 Agustus 1969, sedangkan
Bendera Pusaka terlipat dalam kotak bertugas mengantar dan menjemput Bendera
Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
Pada tahun 1967 s.d. tahun 1972, anggota Pasukan Pengibar
Bendera adalah para remaja SMA setanah air Indonesia, yang merupakan utusan
dari 26 propinsi di Indonesia. Setiap propinsi, diwakili oleh sepasang remaja
yang, dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Pada tahun 1973, Bapak Idik
Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota pengibar Bendera Pusaka dengan
sebutan Paskibraka. Pas berasal dari Pasukan, dan kib; berasal dari pengibar,
ra berasal dari bendera dan ka dari pusaka. Mulai saat itu, singkatan Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka adalah Paskibraka.
|
Bingung punya modal kecil tapi mau bermian sesuka hati ?
BalasHapusSekarang tidak perlu repot..dengan Depositkan PULSA..Boskuu bisa bermian sepuasnya!
S1288 Poker Website Games Dewa Poker Online, Domino, Bandar Ceme, Capsa, Casino War,
Samgong, QQ, BlackJack 21 Live Texas Holdem, Omaha, Super10, S128,
Ceme Keliling Dengan Uang Asli Indonesia.
Bergabung sekarang dengan s1288poker & S128CASH !! Taruhan bandar online TERPECAYA dan AMAN !!
Penasaran klik link ini sekarang juga!! daftar free >> https://s1288poker.website
dapatkan dan menangkan begitu banyak juga PROMO & BONUS TAHUN 2020
MENANG BERAPAPUN...PASTI KAMI BAYAR !!!
Berbagai macam permainan s1288poker tawarkan : (TERBARU TER UP TO DATE 2020) >>
PROMO DEPOSIT PULSA TANPA POTONGAN LOCKDOWN CORONA (KLIK DISINI)
BONUS TANPA DEPOSIT GOOD FRI CHIP IBADAH PUASA (KLIK DISINI)
GAME SERUNYA >>
POKER ONLINE
SBOBET
SABUNG AYAM
SLOT PULSA
LIVE CASINO
TOGEL
BACA JUGA :
PREDEKSI TOGEL | JADWAL SABUNG AYAM S128 & SV388
| PROMO S128CASH
Jadilah jutawan bersama s1288poker sekarang juga ^^
info lebih lanjut CS 24jam siap melayani Anda!
LIVECHAT : CS1288POKER
WA : 081910053031
SEHAT SELALU UNTUK KITA SEMUA ...ALWAYS THANKFULL AND GRATEFULL ^^